Pada tanggal 19 Juni 2024, Program Magister Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan menggelar seminar bertajuk “Language Communication and Learning: Putting Theory into Practice.” Acara ini diadakan di kampus Universitas Ahmad Dahlan dan dihadiri oleh mahasiswa, dosen, serta berbagai praktisi pendidikan yang antusias mengikuti rangkaian acara yang diselenggarakan. Seminar ini bertujuan untuk memperkaya pemahaman tentang pentingnya komunikasi dalam pendidikan dan bagaimana menerapkan teori dalam praktik sehari-hari di lingkungan belajar.
Seminar ini menampilkan dua narasumber utama, yaitu Alex Masardo, M.Res., Ph.D., dan Maria Meredith, M.Sc. Dr. Alex Masardo, seorang ahli dalam bidang pendidikan, membuka sesi dengan penjelasan mendalam tentang pentingnya komunikasi yang efektif dalam proses belajar mengajar. Beliau menekankan bahwa kemampuan berkomunikasi bukan hanya penting bagi siswa, tetapi juga bagi guru dalam menyampaikan materi dengan jelas dan menarik. Selain itu, komunikasi yang baik antara guru dan siswa dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan kondusif.
Salah satu sesi yang paling menarik dalam seminar ini adalah permainan tim menggunakan marshmallow. Dalam kegiatan ini, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan ditugaskan untuk membangun menara Eiffel menggunakan marshmallow dan stik spaghetti. Tantangan utamanya adalah mereka harus mengikuti tiga aturan komunikasi yang berbeda: tidak ada komunikasi verbal, menggunakan bahasa tubuh sebagai sarana komunikasi, dan komunikasi bebas, tanpa batasan. Permainan ini dirancang untuk menguji dan mengembangkan keterampilan komunikasi dan kerja sama dalam tim. Dr. Masardo menjelaskan bahwa tujuan dari permainan ini bukanlah menghasilkan menara yang sempurna, melainkan fokus pada proses kerja sama dan pemecahan masalah dalam tim. Melalui kegiatan ini, peserta diajak untuk memahami bagaimana komunikasi yang efektif dapat meningkatkan kinerja tim dan mencapai tujuan bersama.
Setelah permainan, peserta diajak untuk berdiskusi dan merefleksikan pengalaman mereka. Setiap tim diminta untuk menyampaikan ide dan strategi yang mereka gunakan selama permainan. Diskusi ini dipandu oleh Maria Meredith, yang memberikan wawasan tambahan tentang pentingnya variasi dalam pendekatan komunikasi. Dia juga mengajak peserta untuk merenungkan bagaimana prinsip- prinsip yang mereka pelajari dapat diterapkan dalam konteks pengajaran di kelas. Meredith menekankan bahwa guru perlu menciptakan suasana yang memungkinkan siswa merasa aman untuk berekspresi dan berinteraksi tanpa takut dihakimi atau dibully.
Salah satu topik utama yang dibahas dalam seminar ini adalah cara membangun interaksi yang bermakna antara guru dan siswa. Dr. Masardo menyoroti masalah bullying yang sering terjadi di sekolah-sekolah di Indonesia, yang sering kali dipicu oleh perbedaan kemampuan berbicara di antara siswa. Beberapa siswa merasa malu atau kurang percaya diri untuk menyampaikan ide mereka, sementara yang lain lebih dominan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk menciptakan lingkungan yang mendukung semua siswa untuk berpartisipasi aktif, tanpa rasa takut atau malu. Guru harus berperan sebagai fasilitator yang mendorong siswa untuk berinteraksi dan berkolaborasi dalam proses belajar mengajar.
Maria Meredith menambahkan bahwa guru harus peka terhadap kebutuhan individu setiap siswa dan berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang inklusif. Dia menekankan pentingnya mendengarkan siswa dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Dengan demikian, siswa akan merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar mengajar. Meredith juga menggarisbawahi pentingnya pelatihan bagi guru untuk mengembangkan keterampilan komunikasi mereka sendiri, agar mereka bisa menjadi contoh yang baik bagi siswa.
Dalam sesi ini, peserta juga diajak untuk berdiskusi tentang cara-cara praktis untuk mengimplementasikan teori komunikasi dalam pengajaran sehari-hari. Beberapa ide yang muncul antara lain penggunaan teknologi untuk mendukung interaksi di kelas, seperti aplikasi pembelajaran yang memungkinkan kolaborasi antar siswa. Selain itu, peserta juga berbagi pengalaman tentang teknik-teknik yang mereka gunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa, seperti diskusi kelompok kecil, proyek kolaboratif, dan permainan edukatif.
Seminar ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang interaktif. Peserta diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan berbagi pengalaman mereka dalam menerapkan teori komunikasi di kelas. Beberapa pertanyaan yang muncul antara lain tentang cara mengatasi siswa yang malu berbicara di depan umum, strategi untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam diskusi kelas, dan cara mengintegrasikan teknologi dalam pengajaran. Dr. Masardo dan Maria Meredith memberikan jawaban yang komprehensif dan memberikan tips praktis yang dapat diterapkan langsung oleh peserta. Mereka juga menekankan pentingnya terus belajar dan beradaptasi dengan perkembangan terbaru dalam bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pengajaran.
Seminar “Language Communication and Learning: Putting Theory into Practice” memberikan wawasan berharga tentang pentingnya komunikasi dalam pendidikan dan bagaimana teori dapat diterapkan dalam praktik. Dengan menekankan bahwa proses adalah kunci utama dalam pembelajaran, acara ini diharapkan dapat membantu para guru dan mahasiswa dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan produktif. Interaksi yang bermakna antara guru dan siswa, serta penggunaan metode komunikasi yang efektif, dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan ide mereka dan mengurangi masalah bullying di sekolah. Seminar ini tidak hanya memperkaya pengetahuan peserta tentang teori dan praktik komunikasi, tetapi juga memberikan mereka alat dan strategi konkret untuk diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari.